jump to navigation

A Gleeful Gallery 6 August 2010

Posted by adhitya nagara in musik, sebuah postingan.
add a comment

Sambil nunggu update-an iTunes selesai, saya sempetin bikin post ini deh daripada mati gaya. (hence this) Post kali ini tentang Glee, lebih tepatnya, saya akan share tentang penampilan Glee favorit saya pada masing-masing cast. Yak, nggak mau basa-basi, to the point aja deh.

Rachel BerryDon’t Rain on My Parade – Episode: Sectionals

Aransemen asik, teknik vokalnya juga bagus.

Finn Hudson Jessie’s Girl – Episode: Episode: Laryngitis

Kalo mesti milih penampilan Finn mana yang paling ‘nggak ancur’, saya pilih ini. Lumayan bagus sih, sebenernya.

Mercedes JonesAnd I’m Telling You I’m Not Going – Episode: Sectionals

Mengutip penampilan Mercedes, Finn & Puck di episode ‘Funk’: It’s such a… good vibration!

Artie AbramsDream a Little Dream – Episode: Dream On

Penampilan yang keren banget! Dalem dan bermakna.

Tina Cohen-ChangTrue Colors – Episode: Hairography

Salah satu lagu yang menjadi ‘song-addiction’ saya selama beberapa waktu.

Kurt HummelRose’s Turn – Episode: Laryngitis

Penampilan yang sangat emosional… bisa juga dibilang ‘soulful’.

Quinn FabrayYou Keep Me Hangin’ On – Episode: Throwdown

Layaknya Finn, vokal Quinn tak dapat dibilang cemerlang. Paling tidak, penampilan ini lumayan baik kalo dibandingkan dengan It’s a Man’s Man’s Man’s World.

Noah PuckermanBeth – Episode: Theatricality

Great vocals, sayang suara Finn sedikit mengganggu.

Santana LopezTo Sir, With Love – Episode: Journey

Her vocal is smexy! Santana harus dapet solo secepatnya!

William SchuesterLeavin’ On A Jetplane – Episode: Pilot

Salah satu penampilan yang bikin saya tertarik nonton Glee! 🙂

April Rhodes Maybe This Time – Episode: The Rhodes Not Taken

Such a spectacular vocalfest!

Sue SylvesterVogue – Episode: The Power of Madonna

Haha, entah kenapa penampilan ini menarik perhatian. Not to mention the ‘Will Schuester, I hate you!’ part 😀

Jesse St. JamesBohemian Rhapsody – Episode: Journey

Nggak aneh kalo akhirnya Vocal Adrenaline menang Regionals. Penampilan satu ini emang luar biasa!

Shelby CorcoranI Dreamed a Dream – Episode: Dream On

Simply likeable.

Puck & MercedesLady is a Tramp – Episode: Laryngitis

Duet favorit saya! Asik dah pokoknya 😀

Glee CastSomebody to Love – Episode: The Rhodes Not Taken

Penampilan grup favorit saya. Bikin merinding, coy!

Yup. Saya kira segitu aja list lagu-lagu favorit saya di Glee. Tapi ini bukan berarti saya nggak suka lagu Glee yang lain, hanya saja menurut saya, lagu-lagu diatas itu bisa dibilang ‘the best of the best’ 🙂

Good luck, have fun, happy birthday, good morning, cheers!

Circle of Life 15 July 2010

Posted by adhitya nagara in sebuah postingan.
add a comment

Malam. Karena saya gak ada kerjaan, trus ditambah kenyataan bahwa XP saya nggak bisa idup (jadi nggak bisa maen Luna/DotA), jadi saya memutuskan untuk menulis blog. Sebenernya punya ide nulis blog ini dari sebulan yang lalu, tapi akhirnya baru kesampean sekarang, hehe, maaf ya para pembaca, lama nggak update <– sok punya pembaca ni orang.

Oke, judul dari blogpost ini adalah ‘Circle of Life’. Beberapa dari kalian mungkin langsung tahu kalau judul tersebut diambil dari theme song-nya Lion King. Yak, emang bener. Dalam postingan ini saya akan menceritakan tentang lingkaran kehidupan saya, mulai dari masa-masa awal kehidupan saya sampai sekarang ini.

Saya mulai dari SMP. Saya bersekolah di SMP Kusuma Bangsa Palembang. Kenapa saya bisa memilih SMP ini? Sejujurnya, saya tidak pernah terpikir untuk masuk sini, karena saat SD kelas 6 saya mantap bertujuan untuk melanjutkan ke SMP Xaverius 3. Ceritanya, tiba-tiba orangtua saya bilang, ‘Coba masuk SMP ini aja ya? Baru dibuka nih.’ FYI, SMP Kusuma Bangsa berdiri pada tahun 2002, dan saat itu sudah tahun kedua. Saya sempat berdebat dengan orangtua saya. Kalau saya masuk SMP itu, nanti saya nggak punya teman, karena temen SD saya kebanyakan lanjut ke SMP Xav3. Terus, pertimbangan saya yang ke-2 adalah SMP tersebut termasuk kategori ‘elit’, dimana pasti orang-orangnya pinter, kece, gaul dan tajir. Saya orangnya gampang minder. Gimana mau bergaul dengan orang-orang ‘elit’? Saya sama sekali nggak punya pengalaman!

Setelah berdebat hebat dengan ortu (lebay), akhirnya saya menyetujui untuk ikut tes dulu. Paling juga nggak keterima, pikir saya dalam hati. Akhirnya hari H pun datang. FYI, saya merupakan pendaftar TERAKHIR gelombang I. Soalnya lumayan aneh, karena saya sama sekali nggak niat masuk Kumbang akhirnya saya asal ngisi. Beberapa minggu kemudian hasil masuk, tanpa berharap apa-apa, saya melangkah masuk gedung mungil tersebut (dulu gedungnya masih di pantatnya gedung SMA). Langsung saja mata saya menuju list terakhir pengumuman tersebut. Disana tertera dengan indah gemulai nan rupawan nomor pendaftaran saya. I was all like, ‘I’m doomed. Totally doomed.’

Saya diterima! Perasaan saya waktu itu fifty fifty. Antara kecewa, karena harus lanjut ke suatu jenjang kehidupan yang sama sekali BARU, dan puas, karena walau saya jawab asal-asalan saat tes, ternyata saya tetap diterima. Yang membuat saya mencetuskan suatu teori baru. Teori ini saya sebut Teori Kuantum XVII. ‘Bahwa kalau anda jawab asal-asalan saat tes masuk SMP Kusuma Bangsa, anda akan tetap diterima, terutama kalau anda obesitas, berkacamata-tebal, dan berkaki 2.’

Yak, dan dimulailah masa-masa SMP saya di Kusuma Bangsa. Oh ya, ngomong-ngomong, ternyata ada juga temen SD yang masuk Kumbang, hanya satu sayangnya. Dia adalah Kezia. Dimana nantinya saya akan satu kelas dengan dia selama 3 tahun berturut-turut (5 tahun bila SD dihitung).

Sedikit curhat, saya orangnya susah bergaul. Apalagi kalau bergaul sama macan. Selama saya kelas 1 SMP, hanya satu orang yang saya anggap benar-benar teman. Yang nantinya akan membuahkan suatu masalah ketika dia mulai bergaul dengan orang lain, dan saya hanya stuck temenan dengan dia saja. Pertemanan saya dengan dia mulai renggang, saya jadi merasa sendirian, tidak dipedulikan seperti emo dilindes kereta. Tapi pada akhirnya saya berhasil melewati masa sulit tersebut, karena nantinya saya mulai lebih terbuka untuk berteman di lingkup yang lebih luas. Dan sekadar informasi, saya akhirnya 6 tahun sekelas dengan orang tersebut (ditambah masa-masa SMA), muahaha.

Masa-masa SMP adalah masa dimana saya bisa belajar dengan lumayan serius. Terbukti pada saat kelas 1 saya berhasil masuk ranking 3 (rank 1 waktu itu si Sandro, dan 2 Mita). Hal ini membuat saya cukup bangga. Ternyata si bocah kuper yang ngasal jawab saat tes penerimaan ini bisa juga dapet ranking yang lumayan tinggi di kelas. Saat kelas 2 SMP adalah masa paling suram sepanjang hidup saya di SMP. Seperti yang saya sebutkan sebelumnya, saya punya sedikit masalah dengan teman saya yang satu itu, trus karena waktu itu lagi marak game Online seperti RO, PangYa dan segala macemnya, saya jadi nggak fokus belajar. Rekor saya waktu itu adalah Matematika 4 di rapor. Sumpah beneran nggak kebayang parahnya saya pas kelas 2. Lalu saya bertekad untuk lebih fokus di kelas 3 nanti. Dan untunglah tekad tersebut membuahkan hasil, pada mid semester II saya meraih ranking II (sebenernya nilai rank 1 & 2 sama, tapi karena si Elis Matematikanya lebih tinggi dari saya, akhirnya saya dikasih ranking ke-2, grrr!!!). Pada saat kelulusan, saya berhasil mempertahankan posisi tersebut. Ahhh bangga sekali saya…

SMP berlalu, jas hijau kekecilan serta sweater biru kumal tersebut hanya akan tinggal sejarah. ID Card yang gantungannya gampang rusak akan tak akan lagi kugantungkan di kantung… Lingkaran kehidupan tersebut sudah menutup, membuka lingkaran kehidupan selanjutnya, tingkat SMA. Dikisahkan oleh dongeng serta fabel bahwa masa SMA adalah masa paling indah dari kehidupan kita. Waktu itu saya berpikir ‘Masa-masa SMP saya sudah menyenangkan, mungkinkah ada yang lebih dari ini?’

Masa SMA saya dimulai. Hal pertama yang saya sadari: saya tidak satu kelas dengan mayoritas teman-teman SMP saya!! Mereka masuk X.1, sedangkan saya X.2. Banyak anak-anak baru, dan hanya 2 atau 3 yang satu kelas dengan saya pas SMP. It’s gonna be one hell of a class! Tak banyak yang saya bisa ingat saat SMA kelas 1, karena benar-benar tidak ada yang signifikan. Yang pasti saya berhasil berteman baik dengan Abi, Andre dan Sendi. Yang pada akhirnya akan menjadi teman baik saya sampai sekarang J

Memasuki tahun ke-2. Inilah awal dari semua cerita-cerita, kisah-kisah yang nantinya akan memenuhi kehidupan saya, terukir indah dalam hati. Saya kembali satu kelas dengan mayoritas teman SMP saya, yang membuat saya sangat senang. Saya juga satu kelas dengan Abi, Andre dan Sendi. Secara keseluruhan, masa-masa ini sungguh menyenangkan. Lalu dilanjutkan di kelas 3 dengan pasukan yang sama. Dan pada akhirnya saya harus meninggalkan keluarga besar ini, dengan berat hati saya melangkah…

Lingkaran baru terbentuk. Saya diterima di FK UNSRI, senang setengah mati rasanya bisa masuk fakultas kedokteran. Saya saat itu sedang berada di Jakarta karena mau tes Trisakti. Teman-teman yang di Palembang bilang kalo saya diterima di FK. Ada yang ngasih selamat, ada yang sms bilang ‘Dit kau diterima di FK jugo ye?’. Paling tidak, ada teman dari Kumbang yang juga diterma. Namun muncul lagi masalah, masalah yang sama ketika saya harus pindah dari Xaverius ke Kumbang. Perubahan kali ini adalah dari Kumbang ke UNSRI dan ternyata dari kelas saya (tanpa mengurangi rasa hormat), hanya saya yang diterima di fakultas tersebut. Ini adalah suatu masalah yang BESAR buat saya. Saya nanti akan dikelilingi suatu kelompok yang baru, suatu lingkaran baru…

Pernah saya tulis di Facebook; ‘Friends come and go, they move on if the have to. Me? I must move on – but I don’t want to.’ Ini menggambarkan suasana hati saya waktu itu. Saya berpikir, ‘Dimana Andre ketika saya butuh teman lawak? Dimana Tasa ketika saya butuh teman yang pengertian? Dimana Rara ketika saya butuh teman curhat? Dimana Sendi ketika saya butuh supir? (loh!?) Apakah saya akan bisa bertahan di lingkungan baru ini?

Well we’ll see.

‘A Circle has no beginning.’ – Luna Lovegood.

Suatu lingkaran kehidupan datang begitu saja, dan pergi begitu saja. Jangan heran bila suatu saat kau harus pergi meninggalkan suatu lingkaran menuju lingkaran lain…

Good luck, have fun, happy birthday, good night, cheers!

Alay Twitter dengan Modus ‘Promote’ 12 April 2010

Posted by adhitya nagara in sebuah postingan.
6 comments

Alay, alay, alay.

Ya, salah satu fenomena internet di kalangan pengguna Indonesia yang paling heboh masa kini. Apa itu definisi Alay? Wah, sejujur-jujurnya, banyak sekali yang bisa diartikan dari alay. Tapi mari kita adakan sedikit tes untuk menentukan apakah kamu alay apa tidak. Jawab pertanyaan dibawah ini dengan sejujurnya, dan jawablah apa yang hatimu katakan (mungkin dia akan menjawab ‘grooooook’).

  1. Apakah kamu suka menulis dengan gabungan huruf besar dan kecil? Maksud saya disini bukanlah kapitalisasi huruf awal, tapi pada kasus ini, ada beberapa kapitalisasi di tengah, ataupun ujung kata.
  2. Lalu, apakah kamu suka menggunakan simbol sebagai pengganti huruf/angka? Contoh: E menjadi 3, 1 menjadi !.
  3. Apakah, menurut hatimu yang paling dalam, kamu berpikir bahwa jenis tulisan seperti yang saya contohkan diatas terlihat sangat gaul dan up to date?
  4. Apakah kamu suka dengan band Lyla?

Baiklah, tidak usah hiraukan pertanyaan nomor empat. Mau tau hasilnya? Begini cara memeriksanya:

Bila jumlah ya kamu 0 < x < 2 maka dalam hatimu, ada secercah sifat alay… jangan biarkan ini terus berkembang. Kemungkinan sembuh > 80%.

Bila jumlah ya kamu 1 < x < 3 maka kamu dapat dikatakan Alay… maaf sekali. Jangan ingkari kata hatimu. Beberapa sesi psikoterapi mungkin akan membantu.

Bila jumlah ya kamu = 3 maka kamu… Alay SEJATI. Sangat susah untuk menyembuhkan dirimu. Segeralah berobat ke luar negri jika perlu.

Bila jumlah ya kamu = 0 maka SELAMAT kamu bukan ALAY. Berbanggalah karena kamu telah menjadi warga Indonesia yang baik dan benar. 🙂

——————-

Oke. Sudah tau kamu alay apa bukan? Good. Apakah kamu punya Twitter? Jika ya, mari simak apakah kamu juga Alay twitter. NB: Kriteria alay twitter ini tidak resmi. Hanya kriteria yang saya buat sendiri.

Temanya adalah, ‘alay dengan modus promote’? Kamsud, boz!?

Pernahkah anda melihat tweet seperti “PROMOTE? RT!” Biasanya, seseorang yang me-tweet ini mempunyai follower yang lebih dari 200. Biasanya yang saya lihat sih 500an. Lalu, bagaimana ini berkerja? Gampang. Seseorang akan tertarik untuk me-RT tweet tersebut (karena ia merasa kurang keren atau entah apa saking depresinya mau lebih banyak follower — ingat, sederhananya, lebih banyak follower kamu, akan lebih banyak orang yang tahu kelemahanmu dan siapa tahu, ada yang akan menggunakan pengetahuan tersebut untuk menjatuhkanmu di masa depan — dan tentu saja, ini dengan asumsi bahwa kamu nge-tweet tentang kehidupanmu sehari-hari, dan bukannya cuma nge-tweet biar di reply artis-artis tertentu). Nah, setelah ‘korban’ meng-RT tweet tersebut, follower ‘korban’ tersebut juga akan bisa melihat tweet ALAY ini, dan siapa tahu, mereka juga akan me-RT tweet tersebut. Fenomena ini bisa terus menerus menjalar ke seluruh pelosok twitter sehingga tidak mustahil bisa menjadi Trending Topic.

Nah, apa gunanya buat si pembuat tweet alay tersebut? FOLLOWERS. Mereka terlalu terobsesi dengan jumlah follower mereka (mungkin mereka merasa dengan follower beratus-ratus, atau mungkin beribu-ribu bisa membuat mereka makin dekat dengan yang namanya stardom) sehingga mereka ga henti-hentinya bikin tweet tersebut. Lalu, pada akhirnya ia akan memention semua yang udah meng-RT tweet alay mereka pada tweet selanjutnya. Contoh:

Anggap nama alay twitter ini @MsAlayBangga. Jumlah follower 1000. Jumlah tweet 10,000 (semuanya sampah). Dia nge-tweet “PROMOTE? RT!”. Beberapa menit kemudian, 5 korban nge-RT tweet tersebut. Mereka adalah @butuhfollower @akusukatwitter @pengenkayakartis @maniakRT @ashtonkutcherwannabe. Maka di tweet selanjutnya, @MsAlayBangga akan menulis “Follow! @butuhfollower @akusukatwitter @pengenkayakartis @maniakRT @ashtonkutcherwannabe”. Dengan begini, follower dari @MsAlayBangga akan melihat tweet tersebut, dan mana tahu, ada yang tertarik untuk follow mereka. Dan itulah akhir dari rantaian, bisa dikatakan ini adalah win-win solution. @MsAlayBangga akan mendapat beberapa follower dari 5 orang tersebut, dan 5 orang tersebut akan mendapatkan beberapa follower dari @MsAlayBangga. Such a perfect example of cooperation, anyone?

Dan begitulah seterusnya. Ada juga variasi dari tweet tersebut seperti “PROMOTE? RT + FOLLOW!”.

Yeeeee ini mah kayak Follow Friday, bro!

Nggak. Bedanya sama follow friday, tidak ada win-win solution. Sang promotor di follow friday tidak mengharuskan orang yang di promote olehnya untuk meng-RT tweetnya (dengan kata lain, tidak mengharuskan untuk mem-promote balik dirinya). Dan biasanya, follow friday ini buat mereka yang merasa suatu akun twitter tersebut meng-tweet tulisan-tulisan bermutu, bukannya curcolan ABG labil.

Singkat kata, singkat cerita, saya mohon maaf bila ada yang tersinggung. Bila anda tersinggung, cepatlah bertobat. Gunakan twitter sebaik mungkin, bukan cuma jadi ajang cari popularitas ga penting. And that’s it, folks, my blogpost for today. I solemnly wish you luck in your life!

Good luck, have fun, happy birthday (especially buat Yuk Fella!), good afternoon, cheers.

[RP]Last Day on EF 10 March 2010

Posted by adhitya nagara in old friendster blogpost.
add a comment

Yup, seperti yang saya janjikan beberapa hari yang lalu, saya akan merepost blogpost dari blog friendster saya. Dan postingan ini mengenai hari-hari saya mulai dari masuk EF sampai tamat. Enjoy~

WARNING: You’ll find major grammatical errors on this post. But I couldn’t care less.

——————————————————-

This blog post is a tribute of English First, who had been teaching me real English for more than 4 years :]

I first joined EF on 2004, when I was an eighth year student. I was afraid at first, because the teachers are foreigners, not local teachers. Questions popped out in my mind; how would it feel being taught by foreigners? My questions were answered, it was in April if I recall correctly – my first lesson at EF. I’m gonna summarise all my experience I had in EF from each teacher.

My first teacher was Jen. An understanding teacher. She only taught me for like 3 months and all my anxiety disappeared through the months. She was a great teacher after all, never really got angry to anybody in the class. One funny experience was one day when my classmate wanted to go home earlier by turning the class’s clock some minutes faster. Jen didn’t realise this, as a result, we went home faster, haha. I heard that Jen got angry to the office boy, poor him, it was not his fault.

Jen left. Sonya replaced her position as our teacher. A fun american woman, she. I loved her sense of music, she introduced us cool songs, especially Dido’s White Flag and Black Eyed Peas’s Where is the love?, they were fantastic! I liked the sweets she brought from america to us, can’t forget those as well. And her signature-teaching-style was a dictation at every start of the lesson, haha.

There was a long gap when Sonya left – about 3 months, maybe they can’t find new teacher or what … whatever.

But we came back after the blank Tuesday and Thursday evenings and met Kirsty. I thought she was arrogant at first, but I was dead wrong. I can say that she was one of the best teachers in EF. We almost always play games when we were bored. We usually played pictionary, a very fun game while it lasted. So it was like a student went in front of the class and drew something. The other students had to guess it rightly, haha, great moment. I was saddened when she had to leave. The last hangman words were “As I’m leaving on a jet plane”, a lyric from a sad song … and she had to leave on a jet plane as well.

But we did have a great replacement of Kirsty. The new teacher was Lee. As known as Angeboba Fufu, it was the name he used to introduce himself to us, the name was kind of funny, haha. He said it was his teacher’s name, and he was like “WTF!?!!?” when he heard the name – so was I, haha. Oh, when I said great, I really meant it. He was a great teacher – in two ways. He’s a great (big) man literally, and a great teacher as well. He made his first appearance in Kirsty’s days. He all out of a sudden went into our class and talked some shit (:P) about chat up lines, can’t remember what was it, but I was really like “wtf!?!?” … hahaha. His favorite food was mie celor and keebab. Lee also loved music, the best was Sitting, Waiting, Wishing – class’s favorite. I personally like the song, two thumbs up! Oh yeah, if you want to know the lyric, it’s here. Oh, and we treated him pizza on our last day with him … he was a funny guy and a great teacher after all. From what I heard, he planned to get some money in Spain.

It was Abdul who replaced Lee. Well, not to be rude but I don’t think he’s a great teacher. Well, yeah, we play games every lesson, which was fun at first, but quickly getting repetitive and boring. Maybe he was bored of us (which can be in another way around) he only taught us for like one month. The last lesson wasn’t great. He only introduced us to our new teacher. No real impressions, boring lessons, meh.

Our last teacher, Ivan was also one of the best teachers I had (the other two was Kirsty and Lee). He had a nice sense of humour. He made us laugh every single lesson. It’s like his first priority to teach us, he gave us advices and words of wisdom (haha) which I found really inspiring. He kept telling us not to give up our chances, saying we all had great potentials. He’s a real teacher to me compared to others. It’s just his games were not very fun (because he said he liked educational games better than other games). I got the title “Alien” because I always come late, maybe I was better known as Alien better than Adit to my EF classmates, tee-hee. The games we usually had was stop the bus … don’t want to explain it detailedly, go google it! (:P) Oh yeah, and we also played Darts (too bad I was absent that day).

And it is today, September 2nd 2008, my long journey in EF ended. All those happy moments, great friends, cool teachers all came to and end. I was rather sad writing this blog. The bluish building of EF, the scent of it, the atmosphere I had to leave.

But everything will end, the wisemen said, and so will my journey in EF. Farewell friends, adios amigos!

Honourable Mentions:
To my teachers: Jen, Sonya, Kirsty, Lee, Abdul, and Ivan.
To other teachers who also taught me for some lessons: Joe and Steve.
To the administration staffs: Melly and Rudy (who always remind me to pay the tuition fee :P)
To my friends: Michael and Nixon (remember MAN? :P), Kerubin & Jojo (I only knew you too for a short time, but you were cool!), Mita, Selly, Sonia (well, girls were dominating, but in the end, only you three survived, HA!), Agustina, Jessica, Stephanie, Tommy.

FIN

—————————————————-

Original link: http://volcanflame.blog.friendster.com/2008/09/last-day-on-ef/

[RP]XIP1 Minus 2 8 March 2010

Posted by adhitya nagara in old friendster blogpost.
add a comment

Haiiiii. Hari ini saya memutuskan untuk me-‘repost’ postingan dari blog saya yang lama. Kenapa? Well, pertama karena saya mau mendokumentasi postingan yang saya anggap menarik (mohon dibaca: YANG SAYA ANGGAP). Rencananya satu hari satu postingan, hehe. Dan di repostingan ini, saya akan menyisipkan gambar yang sesuai dengan postingan ini… now, here it is, the first post.

———————————————————

Okeh. Empat hari – sebetulnya 5 hari sudah saia duduk di bangku kelas 3 sma, ato nama kerennya – kelas 12. Mulai dari Jumat kemaren, ampe kamis ini, dengan bangganya menyusuri seluruh sudut sekolah dengan titel baru: Senior. Mwahahahaha. Heheh. Keadaan kelas … sama kek kmaren kelas 11 … dengan wali kelas terbaru … saia sambut … bapak POLMER NADAPDAP!! Okeh”, kalo gitu … mari abseeeen …

Abi!
Adnan!
Albert!
Andre!




Sendi!
Isek!
Uci!
Chan-chan!
… chan-chan!!
… waaaaaa.

Barulah akhirnya saia menyadari kekurangan dari kelas tercinta tersayang ini; Chan-chan. Cewek turunan tionghoa berbadan agak berlebih ini terkenal pinter di kelas, baik hati, suka bagi” makanan (mulai dari permen, pocky, pempek, dll), dan suka ketawa-ketiwi! Akhirnya, menurut desas-desus, saia mengetahui bahawa Chan-chan alias Sylvia Chandra ini pindah ke MALAYSIONG. Dan dengan ini menjadikan kelas tercinta XIP1 minus 1.

*lah, kok judul blognya minus 2?!?!?!?!*

Ya, ya, ya. Satu lagi yang hal yang berat yang harus dihadapi adalah penggantian wali kelas, yang saia tadi sempat sedikit menyinggung. Kita juga harus kehilangan Miss Lingga, karena dia sudah tidak lagi menjadi wali kelas kami. Miss Lingga ini ngajar bahasa inggris – yang jam pelajarannya sebetulnya lebih sering digunain jadi curhat kelas. Miss Lingga orangnya baek loooh, care banget ama seisi kelas. Pernah waktu itu ada kejadian dan saia terlibat (sebetulnya kasus pribadi saia sih), terus pas pagi” kan miss lingling suka ngabsen sgala macem tuh, trus saia dipanggil. Serasa jantung mw copot, saia dengan ragu melangkahkan kaki menuju miss lingling (wiw), saia kira saia bakal dimarahin abis”an, eh gak taunya miss lingga nyengir! Yah, seperti orang” sok-bijak lainnya (tanpa maksud menyebut miss lingga sok bijak), saia disarankan untuk tidak mengulang hal tersebut … wali kelas yang baik! :) Tapi kadang” miss lingga suka moody loh! Coba aja ribut pas dia ngajar, miss lingga jarang sih ampe tereak” gak jelas. Cuman seringnya, miss lingga melancarkan kata” dari mulutnya dengan memberi intonasi sinis di setiap sukukatanya. Itu yang buat sekelas gak enak kalo miss lingga ngambek! Hehehehe … sgitu aja buat miss lingga … yang menjadikan kelas XIP1 …

XIP1 minus 2.

Selamat berpisah dari keluarga XIP1, ato nama kerennya “Basis” (yang akhir” ini Andre menyarankan agar mengubahnya menjadi “Sadis”), chan-chan dan miss lingga!

WE ALL LOVE YA.

———————————————

Original link: http://volcanflame.blog.friendster.com/2008/07/xip1-minus-2/